Kasus
Mengelola Investasi di Luar Negeri : Valuta Siapa?
Offshore
Investment Fund (OIF) didirikan di Fairfield, Connecticut untuk tujuan tunggal
agar pemegang saham di AS bisa melakukan investasi dalam surat-surat berharga
di Malta. OIF terdaftar di New York Stock Exchange. Custodian dari dana ini
adalah shady Rest Bank and Trust Company of Connecticut (“Shady Rest”), yang
mencatat perkiraan-perkiraan dana ini. Pertanyaan segera timbul mengenai valuta
mana yang harus dipakai dalam buku pencatatan. Shady Rest memulai pencatatan
OIF dalam Lira Malta, karena dana tersebut hanya diinvestasikan dalam
saham-saham di Malta Stock Exchange. Kemudian, auditor OIF, Big Six menyatakan
bahwa, dalam pendapat mereka, valuta fungsional yang lebih tepat adalah dollar
AS.
Efek-Efek Keputusan
Keputusan untuk
mengadopsi dollar AS sebagai valuta fungsional bagi dana tersebut menciptakan
kesukaran manajerial yang substansial. Untuk satu hal, penulisan kembali dan
pengerjaan kembali transaksi-transaksi akuntansi merupakan suatu tugas yang
monumental yang menunda publikasi perkiraan-perkiraan tahunan. Konsep valuta
fungsional merupakan gagasan yang asing di Malta, dan efek-efek dari valuta
yang dipilih tidak jelas bagi para manajer. Akibatnya, mereka terus mengelola
OIF sampai akhir November tanpa mengetahui dampak dari valuta yang dipilih atas
hasil-hasil investasi.
Kesukaran-kesukaran tambahan yang
ditimbulkan oleh pemilihan fungsional adalah:
a.
Shady Rest, Walaupun
mengelola berbagai dana berjumlah total sekitar $300 milyar, masih belum
membentuk sistem akuntansi multi-valuta yang memadai sementara pembelian surat
berharga dulu biasanya dicatat dalam jurnal sederhana, sekarang diperlukan 3
ayat jurnal. Selain itu, pembayaran atas pembelian itu sendiri bisa
mempengaruhi laporan laba-rugi periode berjalan.
b.
Masalah-masalah yang
lebih serius berkaitan dengan operasi harian. Pada saat suatu transaksi
diprakarsai, manajer Dana tidak mengetahui dampak keuangan akhir dari transaksi
tersebut. Sebagai sebuah contoh, selama tahun pertama operasi, manajer dana
yakin bahwa transaksi penjualan portofolio-nya telah menghasilkan laba lebih
dari $ 1 juta. Ketika transaksi ini kemudian direflesikan dalam
perkiraan-perkiraan dolar AS, keuntungan transaksi ditutupi oleh kerugian
valuta yang berjumlah total sekitar $ 7 juta!
Alasan-Alasan Yang Diajukan Bagi
Pemilihan Dollar Sebagai Valuta Fungsional
Auditor Big-six memberikan alasan-alasan
berikut ini mengapa dollar dipilih sebagai valuta fungsional OIF :
a.
OIF didirikan di AS
b.
Didanai oleh pemegang
saham AS
c.
Deviden ditentukan dan
dibayar dalam Dollar AS
d.
Pelaporan keuangan
didasarkan pada GAAP AS dan dalam Dollar AS
e.
Biaya-biaya
administrasi dan konsultasi dihitung berdasarkan aktiva bersih AS dan dibayar
dalam dollar AS
f.
Sebagian besar beban
terjadi dan dibayar di AS
g.
Catatan-catatan
akuntansi dibuat dalam Dollar As
h.
OIF menjadi subjek
pajak AS, SEC dan regulasi 1940 Exchange Act
Karena OIF dibentuk
untuk memudahkan investasi di Malta, diasumsikan bahwa pemegang saham di AS
berkepentingan dengan akibat-akibat dari perubahan kurs atas arus kas dan modal
OIF; yaitu, pemegang saham tidak hanya melakukan investasi dalam surat-surat
berharga di Malta karena yield-nya yang menarik, tetapi juga karena tertarik
pada keuntungan dari permainan valuta yang mempengaruhi pengukuran arus kas dan
modal secara langsung.
Sudut Pandang Manajemen
Manajemen tidak setuju
dengan kesimpulan auditor. Berikut ini adalah bantahan-bantahan atas poin-poin
yang diajukan Big-six:
a.
Didirikan di AS dengan
pemegang-pemegang saham dari AS. FAS 52 dengan jelas menyatakan bahwa valuta
fungsional harus ditentukan oleh “lingkungan ekonomi utama tempat entitas yang
bersangkutan beroperasi”, bukannya detail-detail teknis pendirian. Sama halnya,
fakta bahwa perusahaan memiliki pemegang-pemegang saham AS dan deviden dibayar
dalam dollar AS tidak disebutkan dalam FAS 52 sebagai suatu pertimbangan yang
relevan. Bahkan, FAS 52 sendiri seluruhnya berkenaan dengan perusahaan dan
manajemennya, bukan pemegang sahamnya.
b.
Pelaporan keuangan
dalam dollar AS berdasarkan GAAP AS. Auditor gagal membedakan antara valutas
pelaporan dan valuta fungsional. Adalah
jelas bahwa dollar AS harus menjadi valuta pelaporan tetapi hal itu sendiri
tidak mengimplikasikan bahwa dollar AS merupakan valuta fungsional.
c.
Pembayaran beban-beban
tertentu dalam dollar AS. Pembayaran beban-beban dalam dollar bukan merupakan
alasan untuk memilih dollar sebagai valuta fungsional. Walaupun beban sekitar $
8 juta untuk tahun kalender 19X6 bisa dikatakan telah terjadi dalam dollar As,
pendapatn yang berjumlah diatas $ 100 juta dihasilkan dalam Lira Malta.
d.
Regulasi pajak AS dan
SEC. Pertimbangan-pertimbangan ini tidak relevan dengan valuta fungsional,
tetapi relevan dengan valuta pelaporan.
Argumen
yang menolak dollar sebagai valuta fungsional menyatakan bahwa pemilihan dollar
sebagai valuta fungsional tidak menyediakan informasi yang, dalam kata-kata FAS
52, “secara umum cocok dengan dampak ekonomi yang diharapkan dari perubahan
kurs atas arus kas dan modal perusahaan.” Tegasnya, dari sudut pandang operasi,
arus kas OIF seluruhnya berlokasi di Malta, sejak transfer dana awal dari hasil
pengeluaran modal dilakukan. OIF membeli dan menjual investasi di Malta, dan
menerima semua labanya dari negara tersebut. Jika valuta fungsional-nya adalah
Lira, maka fluktuasi valuta yang terealisir hanya diakui jika tersebut
dikembalikan ke AS. Praktik yang berlaku sekarang dalam “merealisasikan”
keuntungan atau kerugian transaksi ketika misalnya, kas di Malta digunakan
untuk membeli investasi, keliru dan menyesatkan.
Kajilah sebuah contoh. Anggaplah OIF mendepositkan L
1,000,000 pada sebuah bank Malta ketika kurs L 1 = $ 3. Seminggu kemudian
ketika kurs, katakanlah, L 1 = $ 2,90, OIF membeli dan membayar suatu investasi
seharga L 1,000,000 yang kemudian dijual kembali pada hari itu juga, dan
mengganggap bahwa investasi tersebut tidak bijaksana. Dengan mengabaikan biaya
transaksi, OIF memiliki kas L 1,000,000 di malta, baik pada awal maupun pada
akhir minggu. Jika valuta fungsionalnya adalah Lira Malta, tidak ada keuntungan
atau kerugian terealisasi. Tetapi, jika ditranslasikan ke dollar, terdapat
kerugian valuta yang belum terealisasi sebesar $ 100.000, yang akan terealisasi
jika dan ketika jumlah yang bersangkutan dikembalikan ke AS. Hal ini sesuai
dengan logika; analogis dengan pembelian saham yang harganya kemudian jatuh.
Jika dollar AS merupakan mata uang fungsional, transaksi yang bersangkutan akan
menghasilkan kerugian transaksi yang terealisir sebesar $ 100,000. Dari sudut
pandang akal sehat apapun mengenai arus kas, hasil menggelikan; tentu, hal ini
memperlihatkan bahwa, menimbang alasan eksistensi OIF, efek dari pengadopsian
dollar AS sebagai valuta fungsional atas laba yang dilaporkan adalah sama
menggelikannya.
Nilai aktiva netto OIF ditentukan tiap
minggu dalam dollar As dan dilaporkan kepada para pemegang saham berdasarkan
basis tersebut. Hal ini seluruhnya konsisten dengan pandangan yang
mengimplikasikan bahwa, pada tiap transaksi, terdapat pilihan yang realistik
dan praktis untuk berpindah antara dua valuta yang terlibat. Hal ini ternyata tidak
benar, OIF dilikuidasi atau, sebagai suatu tindakan bijaksana yang temporer
semata, jika yield Malta berada dibawah yield AS.
Arah
Umum FAS 52
Bahasa
FAS 52 mengindikasikan bahwa penulisnya tidak menulis dengan referensi langsung
terhadap suatu situasi seperti yang dialami oleh OIF, yaitu sebuah perusahaan
yang memiliki tujuan tunggal melakukan investasi di negara lain. FAS 52,
tampaknya disusun dari sudut pandang operasi holding company yang memiliki
operasi perusahaan anak di luar negeri yang terpisah dan berbeda.
FAS 52 mendefinisikan valuta fungsional
sebagai valuta lingkungan ekonomi utama tempat entitas yang bersangkutan
beroperasi. Seandainya OIF didirikan di Malta, dan sebagai sebuah entitas
terpisah, meminjam dana dari perusahaan induknya di AS, pemakaian valuta lokal
akan dilakukan secara otomatis. Jika ‘seubstansi dianggap melebihi bentuk’,
secara mutlak Lira Malta masih harus digunakan sebagai valuta fungsional.
Paragraf 6 FAS 52 menyatakan, “bagi sebuah
perusahan yang operasinya relatif mandiri
dan terintegrasi dalam negara tertentu, valuta fungsional-nya secara
umum adalah valuta negara tersebut.” Pernyataan ini memperkuat aspek
operasional yang mengatur pemilihan valuta fungsional; pasti tidak logis untuk
memperdebatkan bahwa operasi-operasi OIF dilakukan dimana saja kecuali di
Malta.
Paragraf
8 memperkuat pernyataan bahwa “ pertimbangan manajemen akan diperlukan untuk
menentukan valuta fungsional untuk mengukur hasil-hasil dan hubungan-hubungan
keuangan dengan tingkat relevansi dan keandalan yang paling tinggi.’
Terakhir,
suatu pembedaan yang sangat jelas diberikan dalam paragraf 80 dan 81, yang
mendukung pendapat tadi. Paragraf 80 mengatakan, “Dalam golongan pertama adalah
operasi-operasi luar negerei yang relatif mandiri dan terintegrasi dalam suatu
negara atau lingkungan ekonomi tertentu. Operasi harian entitas ini tidak
tergantung pada lingkungan ekonomi dari valuta fungsional perusahaan induk;
operasi luar negeri terutama menghasilkan dan membelanjakan valuta asing. Arus
kas bersih valuta asing yang dihasilkannya mungkin diinvestasikan kembali dan
dikonversikan dan didistribusikan kepada induk. Untuk golongan ini, valuta
asing adalah valuta fungsional.”
Sebaliknya paragraf 81 menyatakan, “dalam
golongan kedua ... operasi harian tergantung pada lingkungan ekonomi dari
valuta induk, dan perubahan-perubahan dalam aktiva dan kewajiban individual
entitas di luar negeri memberikan dampak secara langsung pada arus kas
perusahaan induk dalam valuta induk. Untuk kelas ini, dollar AS adalah valuta
fungsional.”
Karena tujuan tunggal dari single country
funds (misalnya OIF) adalah untuk menciptakan entitas-entitas golongan pertama,
bukan golongan kedua, paragraf 80 dengan tepat menggambarkan operasi dari OIF.
Kesimpulan
Berdasarkan argument-argumen yang telah ada sebelumnya, dalam kasus ini seharusnya yang menjadi valuta asing adalah Lira dari Malta. Memang benar OIF membeli dan menjual investasi di Malta, dan menerima semua labanya dari negara tersebut. Hal ini kita bisa menilik dari arti valuta asing adalah valuta utama dari sebuah entitas dalam melakukan operasinya dan dalam menghasilkan dan mengeluarkan kas. Biasanya valuta fungsional merupakan valuta negara tempat dimana entitas tersebut berlokasi dan valuta yang dipakai dalam buku-buku pencatatannya. Meslkipun OIF berasal dari AS dan didanai oleh investor dari AS tapi kegiatan operasi sebagian besar berada di Malta. Oleh karena itu sudah jelas alasan-alasan tersebut dijadikan sebagai alasan utama untuk menjadikan Lira Malta sebagai valuta fungsional dalam mengelola investasi di luar negeri pada OIF.
Categories:
Softskill